Eksplorasi adalah Asa agar “Dapur Konservasi Tetap Ngebul”
BOYOLALI - Kecil-kecil cabe rawit. Peribahasa ini tepat sekali menggambarkan Kebun Raya Indrokilo Boyolali (KRIB). Meskipun mempunyai luasan yang kecil untuk sebuah Kebun Raya, yaitu 9,35 hektar, KRIB telah mampu menjalankan lima fungsi Kebun Raya, yaitu konservasi tumbuhan secara ex-situ, pariwisata, pendidikan lingkungan, penelitian, dan jasa lingkungan. Lebih hebat lagi, fungsi tersebut mampu dijalankan hanya kurang lebih empat tahun sejak KRIB diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali sampai dengan launching KRIB pada tanggal 3 Mei 2019. Kecepatan dalam pembangunan KRIB tidak terlepas dari komitmen Bupati Seno Samodro sejak dari tahap inisiasi pada tahun 2015, memberi masukan dan ide-ide pada tahap perencanaan, menyediakan anggaran, membentuk kelembagaan dan sumber daya manusia, hingga mengawal pembangunan KRIB. Kini, KRIB menjadi salah satu ikon Kabupaten Boyolali.
KRIB mengusung tema Konservasi Tumbuhan Hutan Hujan Dataran Rendah Jawa Bagian Timur dengan ikon trenggulun (Protium javanicum). Keberadaan KRIB mempunyai tujuan antara lain (DLH Boyolali & LIPI, 2019):
- Mengkonservasi berbagai jenis tumbuhan dan ekosistemnya yang penting bagi kehidupan umat manusia, khususnya jenis-jenis tumbuhan sesuai tema Kebun Raya;
- Menyediakan sarana dan prasarana penunjang pendidikan bagi pelajar dan mahasiswa;
- Menyediakan fasilitas penelitian di bidang konservasi dan pemanfaatan tumbuhan;
- Menunjang pengelolaan lingkungan hidup di daerah;
- Menyediakan fasilitas rekreasi yang sehat, nyaman dan bernilai edukatif;
- Meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Salah satu kegiatan yang penting dalam pengelolaan Kebun Raya adalah pengayaan tumbuhan di Kebun Raya tersebut. Sumber Koleksi Koleksi tumbuhan di Kebun Raya Indrokilo Boyolali berasal dari berbagai sumber antara lain: permintaan, perbanyakan, sumbangan, dan eksplorasi. Sejak tahun 2016 telah melaksanakan eksplorasi, permintaan ke kebun raya lain dan sumbangan. Eksplorasi adalah kegiatan penyelamatan pengoleksian material tumbuhan hidup dari habitat alaminya di kawasan In-situ (Hutan Alami) untuk dijadikan koleksi tanaman kebun raya (ex-situ) yang nantinya tanaman tersebut didata dan ditanam sesuai dengan pola taksonomi. Sebagai landasan untuk melakukan kegiatan eksplorasi tumbuhan untuk kebun raya sebagai mana tercantum dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2011 Tentang Kebun Raya. Menurut Pasal 10 poin 2, bahwa pengadaan dan peningkatan jenis koleksi tumbuhan dilakukan melalui kegiatan eksplorasi, pertukaran spesimen dan sumbangan material tumbuhan.
Tidak banyak masyarakat, teman maupun instansi kedinasan yang mengetahui bagaimana proses eksplorasi yang dilakukan oleh kebun raya. Oleh karena itu prinsip kawan kebun raya dalam melakukan eksplorasi adalah “sepi ing pamrih rame ing gawe”, hasil yang didapatkan akan kelihatan dimasa yang akan datang, dan dirasakan oleh anak cucu kita. Hal ini sesuai dengan prinsip inisiator Kebun Raya Indrokilo Bapak Mantan Bupati Boyolali, Bapak Seno Samodro yaitu “Mari kita wariskan kepada anak cucu kita mata air, bukan air mata”. Kegiatan eksplorasi Kebun Raya Indrokilo Boyolali pertama dilakukan tahun 2016 di KPH Telawa Kecamatan Juwangi Kabupaten Boyolali dan berhasil mendapatkan koleksi tanaman Trenggulun yang telah donobatkan sebagai tanaman ikon Kebun Raya Indrokilo.
Sejak saat itu ekplorasi terus dilakukan dari tahun ketahun untuk memperkaya koleksi. Mulai dari eksplorasi bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indoesia (LIPI) yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) maupun eksplorasi mandiri. Sampai tahun 2023 Kebun Raya Indrokilo Boyolali telah mengkoleksi tanaman sejumlah 1692 spesimen, yang terdiri dari 373 spesies.
Berbagai tempat di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi tempat untuk pelaksanaan eksplorasi. KPH Telawa yang membawahi hutan di Kabupaten Boyolali, Grobogan; KPH Surakarta yang membawahi hutan di Kabupaten Sragen, Karanganyar, dan Wonogiri; KPH Cepu di Kabupaten Blora; Cagar Alam Darupono Kabupaten Kendal, Cagar Alam Peson dan Ulo Lanang Kabupaten Batang dibawah BKSDA Jawa Tengah; Tahura KGPAA. Mangkunagoro I Kabupaten Karanyar; Tahura Bunder Wanagama Kabupaten Gunung Kidul DIY; Tunggularum, Turi, Sleman; Bukit Tidar Kota Magelang; KPH Kedu Utara Kabupaten Magelang menjadi tempat asal koleksi tanaman di Kebun Raya Indrokilo.
Eksplorasi juga merupakan “kawah candradimuka” bagi personel yang ada dikebun raya, kemampuan bertahan hidup, identifikasi tanaman hingga analisis lingkungan ditempa didalam pelaksanaan eksplorasi di habitat asli tanaman. Pada tahun 2023 ini Kebun Raya kembali melakukan ekplorasi dengan mengangkat tema tanaman toponimi flora daerah di Kabupaten Boyolali, tanaman budaya tradisional Jawa dan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk memperkaya koleksi. Kegiatan eksplorasi tahun ini didahului dengan lomba toponimi untuk setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Lomba ini diikuti oleh 28 peserta dari 20 sekolah dan menceritakan 28 tempat di 14 Kecamatan di Kabupaten Boyolali. Kemudian dilanjutkan tim eksplorasi terjun ke wilayah, dimulai Kecamatan Juwangi. Dari Kecamatan Juwangi tim mendapatkan 10 spesies tanaman. Hal yang manarik adalah tim menemukan tanaman besar ikon kebun raya Indrokilo Boyolali yaitu Trenggulun di sumur Jolotundo, Pasiraman Dalem Sendang Tirtasoma. Tanaman Trenggulun tersebut merupakan penemuan tanaman terbesar yang pernah ditemukan oleh tim eksplorasi sejak tahun 2016. Menurut tim eksplorasi ada hubungan erat antara konservasi, budaya, dan tempat yang dikeramatkan. Karena setiap tempat yang mengandung unsur budaya dan keramat pasti terdapat pohon besar yang masyarakat tidak berani untuk menebangnya. Sehingga budaya dan mengerapatkan sebuah pohon dan tempat dapat mendukung pelestarian alam dan konservasi alam.
Pada hari Selasa, 12 September 2023 tim eksplorasi kembali melakukan perjalanan eksplorasi ke lereng sebelah selatan Gunung Merapi yaitu daerah Tunggularum, Turi, Sleman, DIY. Sasaran pencarian dalam eksplorasi ini masih sama yaitu tanaman yang bernilai budaya, dan mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat kedepannya. Eksplorasi ini berhasil mendapatkan 16 spesies tanaman, yang salah satu tanaman yang bernilai budaya adalah Kemenyan (Styrax benzoin Dryand.). Pohon kemenyan merupakan pohon penghasil getah kemenyan, yaitu berupa resin atau getah yang digunakan sebagai bahan obat, perlengkapan ritual-ritual tradisional sebagai dupa, sesajen. Selain itu juga mendapatkan tanaman Bendo (Artocarpus elasticus), Bunga Kanthil (Magnolia champaca) yang biasa digunakan untuk acara adat tradisional Jawa mulai nikahan samai upacara kematian, Kluwak (Pangium edule) yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bumbu masak rawon untuk sensasi warna hitamnya, dan lain-lain.
Seperti eksplorasi sebelumnya, eksplorasi di Kecamatan Turi ini juga banyak ditemukan pohon besar di tempat yang dikeramatkan dan makam. Pengumpulan material selain berupa anakan tanaman bisa juga melalui stek dan biji. Jumlah spesimen yang diambil setiap jenis diharapkan lebih dari 5, hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kematian spesimen tersebut. Sedangkan untuk jenis-jenis anggrek hanya mengkoleksi beberapa saja, hal tersebut agar keberadaan di habitat aslinya tetap terjaga. Untuk jenis anggrek yang diambil dari daerah tersebut adalah jenis vanili (Vanilla planifolia).
Pada hari Rabu-Kamis, 13-14 September 2023 tim eksplorasi menuju ke Wanagama, Gunung Kidul, DIY untuk melanjutkan melaksanakan eksplorasi. Eksplorasi ini berhasil mendapatkan 28 spesies tanaman. Tim menemukan berbagai tanaman yang mempunyai ekonomi tinggi dan sudah mulai langka, diantaranya pohon kayu Panggal Buaya (Zanthoxylon rhetsa) yang biasa digunakan untuk kerajinan patung dengan hasil yang bagus dan bernilai tinggi. Selain itu juga mendapatkan pohon kayu Cendana (Santalum album) yang mempunyai banyak manfaat mulai dari kesehatan, kosmetik, furniture sampai untuk hal mistis. Selain itu menurut kategori kelangkaan berdasarkan IUCN red list tahun 2018 masuk kedalam kategori Vulnerable (rentan).
Hal ini dikarenakan semakin banyaknya pemanfaatan kayu cendana dan sulitnya budidaya sehingga menyebabkan tanaman cendana semakin langka. Oleh karena itu sangat perlu adanya upaya konservasi agar tanaman cendana tidak punah.
Proses eksplorasi tidak berhenti disini, penanganan hasil eksplorasi perlu cepatnya dilakukan. Setelah sampai di lokasi pembibitan Kebun Raya Indrokilo, selanjutnya spesimen hasil eksplorasi yang berupa anakan (seedling) dipindahkan ke polybag yang berisi campuran sekam dan tanah. Selanjutnya spesimen ditata dalam bedengan dan disungkup plastik. Perawatan dalam sungkup masih perlu dilakukan secara intensif (penyiraman dan penanganan hama dan penyakit).
Tanaman hasil eksplorasi setelah dilakukan aklimatisasi kurang lebih selama 3 (tiga ) bulan sebelum nantinya ditanam dilahan sesuai dengan tematik. Untuk ekplorasi pada tahun ini akan ditanam di taman toponimi flora Boyolali. Begitu panjangnya proses dari konservasi dikebun raya sebanding dengan fungsi dimasa mendatang. Oleh karena itu perlu dukungan dan perhatian dari semua pihak agar konservasi alam dapat berjalan dengan baik sehingga keseimbangan alam akan tetap terjaga.
Daftar Pustaka :
DLH Kabupaten Boyolali dan LIPI. 2019. Buku refleksi 4 tahun pembangunan Kebun Raya Indrokilo Boyolali (2015-2019);
Budiarta, S., Solikin, Puratmoko, Y., Listyono, B. Suprapto, A. 2020. Warta Kebun Raya Edisi Khusus 18 (2);
Oleh : UPT Kebun Raya Indrokilo